Hanang Banyu Sabrang dan inspirasi alam pada karya batik kontemporer Kulon Progo
18 Januari 2019 Berita
Bagi Hanang Mintarta salah satu wirausaha muda asal Kulonprogo, hewan dan tumbuhan pepohonan liar di lingkungan sekitar tempat tinggalnya, justru menjadi inspirasi tersendiri baginya., Hanang Mintarta, pria berusia 33 tahun ini melirik flora dan fauna yang sedikit ekstrem untuk dijadikan motif batik tulis abstrak.
Belum lama ini, produk batik karya Hanang berkesempatan mengisi stan bazar di Taman Budaya Kulonprogo untuk menyambut kedatangan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM), Puspayoga. Saat itu, ia menggelar sejumlah kain batik persegi panjang yang biasa digunakan untuk selendang atau lukisan.
Karya yang dipamerkan di acara itu harganya antara Rp 900.000 sampai Rp 1,5 juta per lembar. Suatu harga karya seni yang cukup menjanjikan bagi para pengrajin batik di Kulon Progo.
Usaha produksi batik tulis abstrak dengan nama Banyu Sabrang ini, dimulai Hanang pada tahun 2014 lalu. Awalnya ia terpikir untuk membuat lukisan, namun membutuhkan banyak biaya sehingga diputuskan menjadi kain batik. Proses pembuatannya menggunakan canting dan kuas dengan teknik pewarnaan gradasi halus sehingga terbuat batik kontemporer.
Hanang membeberkan, pembuatan batik Banyu Sabrang diawali dengan bentangan kain mori yang digambar, kemudian dibatik dan dilukis gradasi. Ia beranggapan, seluruh proses pembuatan itu amatlah susah, karena menggunakan canting nol atau canting paling kecil. Begitu pula dalam proses pewarnaan yang menggunakan lukis kecil dengan petak kecil.
"Untuk membuat satu selendang saja, proses membatiknya butuh waktu tiga hari, kemudian mewarnainya empat hari. Ini masih ditambah fiksasi dan pelorotan, memang lama," ungkapnya.
Proses pembuatan batik yang susah membuat Hanang terkendala ketersediaan SDM. Sebab dalam setiap proses yang menggunakan canting nol, dibutuhkan pekerja muda. Padahal saat ini, pembatik muda jumlahnya sangat terbatas dan terkadang kurang telaten.
"Karena itulah, dalam seminggu saya hanya mampu memproduksi dua selendang saja," imbuh suami dari Upik Minarni ini.
Meski demikian, Hanang berani mengklaim bahwa batik Banyu Sabrang memiliki karakter unik yang bisa menjadi ciri khas, yakni tampilan flora dan fauna ekstrem dalam motifnya. Hanang memang sengaja memilih hewan dan tumbuhan liar seperti semut, bunga kebon, ilalang, mangga dan biji-bijian di pedesaan. Tak tanggung-tanggung, Hanang bahkan mengaplikasikan sendiri flora dan fauna ekstrem tersebut ke dalam motif batiknya.
"Harus saya sendiri yang buat master gambarnya, baru kemudian diduplikat. Saya berani mengklaim, produk batik Banyu Sabrang berbeda dengan milik para pesaing," tegasnya.
Ditanya tentang pemasaran, Hanang mengaku memiliki showroom di Ngentakrejo Lendah. Namun berkat postingan di media sosial, produk Batik Banyu Sabrang bisa sampai ke tangan konsumen dari berbagai daerah seperti Jakarta, Surabaya, Sulawesi bahkan Australia. Dibantu 18 pekerja, Hanang berupaya mengembangkan produk ke batik celup dengan produksi 200 lembar kain per bulan. Produk ini dijual dengan harga Rp 100.000 hingga Rp 350.000 per lembar untuk kain, sementara yang sudah berupa pakaian jadi dihargai Rp 150.000 sampai Rp 250.000 per buah.
Ingin melihat bagaimana Hanang memproses kain menjadi batik yang sangat menarik? Silahkan lihat langsung di VIDEO INI.